k Kemaksimalan Ilmu Santri Ada Pada Ustadnya

Menu Tag

Memuat artikel terbaru...

Kemaksimalan Ilmu Santri Ada Pada Ustadnya


Selain mencari barokah, para santri atau  pelajar juga harus pandai dalam ilmu-ilmu yang telah diajarkan oleh oleh ustad-ustadnya, terutama ilmu yang berkaitan dengan ilmu agama.  Untuk mendapatkan ilmu yang cukup serta barokah  para santri harus bersungguh-sungguh, dan  dengan adanya  bimbingan guru yang cocok.

Untuk mendapatkan ilmu yang maksimal , hal ini sangat berkaitan antara pelajar dan pengajar, karena diantara keduanya ada unsur timbal balik. ketika keduanya sudah bersungguh-sungguh seharusnya mendapatkan ilmu yang maksimal, akan tetapi kalo belum mendapatkan ilmu yang maksimal maka perlu dikoreksi keduanya, apakah murid sudah sungguh-sungguh atau ada kesalahan dalam metode belajar mengajar. Dalam hal ini saya akan menyampaikan sedikit kesalahan metode yang saya ketahui dalam belajar mengajar khususnya dipesantren :

  1. Tampa menjelaskan Mabadi’ Asyarah (perkenalan tentang dasar ilmu) terhadap kitab.
Sering sekali seorang pengajar terjebak dalam hal ini, biasanya ustad langsung meggali ilmu tersebut tanpa melalui proses Ta’aruf (perkenalan) terhadap kitap tersebut. seperti pengalaman saya waktu pertamakali mondok, saya sama sekali tidak mengetahui apa itu ilmu nahwu, membahas tentang apa, dan untuk apa, malah ujuk-ujuk disuruh menghafalin pengertian kalam, kalim dan kalimat, nah seharusnya  seorang pengajar harus menyampaikan Mabadi’ Asyrah sebelum menghafalin kalam kalim dll, sehingga anak didik mengetahui dasar ilmu tersebut seperti:

1. Definisi ilmu Nahwu
2. Pokok –pokok yang dibasas 
3. Hasil(faidah dan hasil apa saja yang diperoleh).
4. Nilai ilmu tersebut.
5.Keutamaan.
6. Peletakan dasar.
7.Penamaan (kenapa dinamakn ilmu nahwu).
8.Apasaja yang menjadi dasar ilmu Nahwu.
9.  Apa hukum mempelajari Nahwu.
10.Masalah apasaja yang akan dibahas dalam ilmu tersebut.

2. Glak atau Keras waktu mengajar

Sering saya jumpai ustad-ustad dipondok yang galak/kereng dalam metode penjelasanya, hal ini sebenarnya dipengaruhi oleh guru-guru sebelumnya. sebenarnya metode yang seperti ini tidak perlu dilestarikan, karena sangat mengganggu dalam berfikir/konsentrasi dalam belajar,  saya sarankan untuk pengangajar yang masih menggunakan metode itu untuk membaca Manhaj yang dilakukan rasululloh Saw dalam belajar mengajar, apakah rasululloh melakukan kekerasan dalam menyampaikan pelajaran? Kalo tidak maka tinganggalkan hal itu, mari kembali ke Manhaj Rosul Saw  dan jangan turuti nafsu.

Bisa disimpulkan untuk mendapatkan Ilmu yang cukup, itu bukan karena  faktor dari murid saja akantetapi berkaitan dengan gurunya. Maka dari itu bagi pejuang bangsa dan agama, yang bertugas mencerdaskan anak bangsa,harus merenungi hal ini.


Cukup itu semoga bermanfaat apabila ada kesalahan dalam penuilisan saya atasnama penulis mohon maaf .