k Asah Gaman di Malam Satu Suro: Mitos atau Syariat? Mengungkap Makna di Balik Tradisi dan Tinjauan Islam

Menu Tag

Memuat artikel terbaru...

Asah Gaman di Malam Satu Suro: Mitos atau Syariat? Mengungkap Makna di Balik Tradisi dan Tinjauan Islam

 

gambar keris 

Menguak Rahasia Malam 1 Suro: Amalan Islam yang Penuh Berkah atau Mitos yang Menyesatkan?

Malam 1 Suro, atau yang dikenal sebagai malam pergantian tahun baru Hijriah (1 Muharram), seringkali diselimuti oleh berbagai mitos dan tradisi di kalangan masyarakat, khususnya Jawa. Namun, bagaimana sebenarnya pandangan Islam mengenai malam istimewa ini? Apakah ada amalan khusus yang dianjurkan dalam syariat? Artikel ini akan mengupas tuntas amalan malam 1 Suro dari sudut pandang Islam, dilengkapi dengan dalil-dalil Al-Qur'an dan Hadis, serta perbedaan pandangan ulama.

Kedudukan Bulan Muharram dalam Islam

Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam penanggalan Hijriah dan termasuk dalam empat bulan haram (suci) yang dimuliakan Allah SWT. Keempat bulan haram tersebut adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Keistimewaan bulan-bulan ini disebutkan dalam Al-Qur'an:

Dalil Al-Qur'an:

Allah SWT berfirman dalam Surat At-Taubah ayat 36:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus. Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu pada bulan yang empat itu. Perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (QS. At-Taubah: 36)

Ayat ini menunjukkan bahwa bulan-bulan haram memiliki kemuliaan tersendiri, di mana umat Islam dianjurkan untuk lebih menjaga diri dari perbuatan dosa dan memperbanyak amal kebaikan.

Amalan yang Dianjurkan dalam Bulan Muharram (Termasuk Malam 1 Suro)

Meskipun tidak ada dalil spesifik yang secara langsung memerintahkan amalan khusus pada malam 1 Muharram (Malam 1 Suro), namun secara umum, Muharram adalah bulan yang penuh berkah untuk meningkatkan ibadah dan amal saleh. Berikut adalah beberapa amalan yang umum disebutkan oleh para ulama dan memiliki dasar syariat:

 * Puasa Muharram, Terutama Puasa Asyura (10 Muharram) dan Tasu'a (9 Muharram):

   Puasa di bulan Muharram adalah puasa sunnah yang paling utama setelah puasa Ramadhan.

   Dalil Hadis:

   عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعدَ الفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ. ( رواه مسلم)

   Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam'." (HR. Muslim no. 2812)

   Terkait Puasa Asyura (10 Muharram):

   عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي رَمَضَانَ

   Artinya: "Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: 'Aku tidak pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sangat menjaga puasa suatu hari yang lebih utama dari hari lainnya kecuali hari ini, yaitu hari Asyura, dan bulan ini, yaitu bulan Ramadhan'." (HR. Bukhari no. 2006 dan Muslim no. 1132)

   Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan puasa Tasu'a (9 Muharram) untuk membedakan dengan kaum Yahudi yang juga berpuasa pada hari Asyura.

   Dalil Hadis:

   عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ لأَصُومَنَّ التَّاسِعَ. ( رواه مسلم)

   Artinya: "Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Jika aku masih hidup sampai tahun depan, sungguh aku akan berpuasa pada hari kesembilan (Muharram)'." (HR. Muslim no. 1134)

 * Membaca Doa Akhir Tahun dan Doa Awal Tahun:

   Meskipun tidak ada dalil shahih khusus dari Al-Qur'an atau Hadis yang memerintahkan doa akhir dan awal tahun secara spesifik, namun para ulama menganjurkan doa ini sebagai bentuk muhasabah (introspeksi) dan harapan di awal tahun. Doa ini umumnya dibaca di akhir bulan Dzulhijjah (sebelum maghrib) dan awal bulan Muharram (setelah maghrib).

   Doa Akhir Tahun:

   اَللّٰهُمَّ مَا عَمِلْتُ فِى هٰذِهِ السَّنَةِ مِمَّا نَهَيْتَنِيْ عَنْهُ فَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَلَمْ تَرْضَهُ وَلَمْ تَنْسَهُ وَحَلُمْتَ عَلَيَّ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ بَعْدَ جَرَاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّيْ أَسْتَغْفِرُكَ فَاغْفِرْلِيْ وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَاهُ وَوَعَدْتَنِيْ عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْأَلُكَ اللّٰهُمَّ يَا كَرِيْمُ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ أَنْ تَتَقَبَّلَهُ مِنِّيْ وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

   Artinya: “Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah kau membuatku putus asa. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah."

   Doa Awal Tahun:

   اَللّٰهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهٰذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ، وَالعَوْنَ عَلَى هٰذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

   Artinya: “Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.”

 * Memperbanyak Dzikir dan Doa:

   Mengingat Allah (dzikir) dan berdoa merupakan amalan yang sangat dianjurkan kapan saja, termasuk pada malam-malam yang dimuliakan.

   Dalil Al-Qur'an:

   يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

   Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." (QS. Al-Ahzab: 41-42)

 * Shalat Sunnah:

   Melaksanakan shalat sunnah seperti tahajjud, hajat, atau shalat sunnah lainnya adalah bentuk mendekatkan diri kepada Allah.

   Dalil Hadis (sebagian dari Hadis Muslim no. 2812 di atas):

   ...وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعدَ الفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ.

   Artinya: "...dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam."

 * Membaca Al-Qur'an:

   Membaca dan merenungkan ayat-ayat Al-Qur'an adalah amalan mulia yang pahalanya berlipat ganda.

 * Bersedekah:

   Bersedekah kepada yang membutuhkan adalah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam.

 * Menyambung Silaturahmi:

   Mempererat hubungan dengan keluarga dan kerabat adalah amalan yang mendatangkan keberkahan.

   Dalil Hadis Qudsi:

   قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَنَا الرَّحْمَنُ، خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَشَقَقْتُ لَهَا مِنِ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعْتُهُ

   Artinya: "Allah Ta'ala berfirman: 'Aku adalah Ar-Rahman (Maha Pengasih), Aku menciptakan rahim dan Aku mengambil nama dari nama-Ku. Barangsiapa yang menyambungnya, Aku akan menyambungnya (dengan rahmat-Ku). Dan barangsiapa yang memutuskannya, Aku akan memutuskannya (dari rahmat-Ku)'." (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud)

 * Muhasabah dan Taubat:

   Malam pergantian tahun menjadi momentum yang baik untuk introspeksi diri dan memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah lalu, serta bertekad untuk menjadi lebih baik di masa depan.

Perbedaan Pandangan Ulama tentang Amalan Malam 1 Suro

Mengenai amalan khusus di malam 1 Suro (1 Muharram), ada beberapa perbedaan pandangan di kalangan ulama:

 * Mayoritas ulama (terutama dari kalangan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah) menegaskan bahwa tidak ada dalil shahih yang mengkhususkan amalan tertentu pada malam 1 Muharram. Amalan-amalan yang disebutkan di atas seperti puasa, dzikir, doa, sedekah, dan membaca Al-Qur'an adalah amalan yang baik dilakukan kapan saja, dan lebih ditekankan secara umum pada bulan Muharram, bukan secara khusus pada malam pertamanya. Mereka berpendapat bahwa mengkhususkan suatu amalan tanpa dalil yang jelas bisa menjurus pada bid'ah (inovasi dalam agama yang tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW).

   Imam Asy-Syathibi dalam kitab Al-I'tisham menjelaskan bahwa bid'ah adalah suatu cara baru dalam agama yang diciptakan untuk menyerupai syariat, dengan tujuan berlebihan dalam beribadah kepada Allah. Mengkhususkan waktu atau tempat tertentu untuk ibadah yang tidak dikhususkan oleh syariat bisa termasuk dalam kategori ini.

 * Sebagian ulama, terutama dari kalangan yang mengedepankan fadhailul a'mal (keutamaan amal), cenderung membolehkan dan bahkan menganjurkan amalan-amalan kebaikan pada malam 1 Muharram sebagai bentuk penghidupan malam yang mulia. Mereka berargumen bahwa tidak adanya larangan khusus juga berarti tidak ada masalah untuk melakukan kebaikan. Amalan seperti membaca doa akhir dan awal tahun, meskipun tidak ada dalil spesifik dari Hadis, dianggap sebagai bentuk doa yang umum dan baik.

   Misalnya, ulama seperti Syekh Nawawi Banten dalam Nihayatuz Zain menyebutkan beberapa amalan yang dianjurkan pada hari Asyura (10 Muharram) dan Muharram secara umum, seperti melapangkan nafkah keluarga, mengusap kepala anak yatim, mandi, memotong kuku, dan lain-lain. Meskipun beliau tidak secara spesifik membahas malam 1 Muharram, semangat untuk menghidupkan bulan Muharram dengan kebaikan sangat kuat.

 * Pandangan yang lebih hati-hati (kalangan salafi) cenderung menekankan pada apa yang secara eksplisit dicontohkan oleh Nabi SAW dan para sahabat. Mereka akan berhati-hati dalam melakukan amalan yang tidak memiliki dasar nash yang kuat, agar tidak terjebak pada hal-hal yang tidak disyariatkan.

Pada intinya, konsensus ulama adalah bahwa bulan Muharram adalah bulan yang mulia untuk memperbanyak amal saleh. Puasa Muharram, terutama puasa Tasu'a dan Asyura, adalah amalan yang paling jelas dalilnya dan sangat dianjurkan. Adapun amalan lain seperti dzikir, doa, membaca Al-Qur'an, dan bersedekah adalah kebaikan yang bisa dilakukan kapan saja, dan pahalanya akan lebih besar jika dilakukan di bulan-bulan mulia seperti Muharram. Hal terpenting adalah menghindari keyakinan atau praktik yang bertentangan dengan syariat Islam atau yang didasari oleh mitos dan khurafat.

Kesimpulan

Malam 1 Suro, atau 1 Muharram, adalah awal dari tahun baru Hijriah. Dalam Islam, bulan Muharram termasuk salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan Allah SWT. Meskipun tidak ada dalil yang secara eksplisit mengkhususkan amalan tertentu pada malam 1 Muharram itu sendiri, namun umat Islam dianjurkan untuk mengisi bulan Muharram secara umum dengan berbagai amal kebaikan.

Amalan yang paling utama dan jelas dalilnya di bulan Muharram adalah puasa, terutama puasa Tasu'a (9 Muharram) dan Asyura (10 Muharram). Selain itu, memperbanyak ibadah seperti dzikir, membaca Al-Qur'an, shalat sunnah, bersedekah, menyambung silaturahmi, serta melakukan muhasabah dan taubat, adalah amalan-amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam dan akan mendapatkan pahala berlipat ganda di bulan yang mulia ini. Penting untuk membedakan antara tradisi lokal dan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah. Hindari keyakinan atau praktik yang tidak memiliki dasar syariat yang jelas.

Referensi:

Al-Qur'an dan Terjemahannya

Shahih Muslim

Shahih Bukhari

Sunan Tirmidzi

Sunan Abu Dawud

Asy-Syathibi, Abu Ishaq. Al-I'tisham.

Nawawi Banten, Syekh. Nihayatuz Zain.

Kajian-kajian ulama kontemporer seperti Buya Yahya dan Ustaz Adi Hidayat mengenai bulan Muharram.

Artikel-artikel keislaman dari sumber terpercaya seperti NU Online, Detik Hikmah, dll.

#AmalanMalam1Suro #BulanMuharram #TahunBaruIslam #AmalanIslam #PuasaMuharram #Asyura #Tasu'a #Dzikir #DoaAwalAkhirTahun #Muhasabah


Post a Comment

0 Comments