Pengaruh Kedatangan Islam Terhadap Syi'ir dan Penyair

Sudah tidak asing lagi bahwa bangsa Arab telah mengenal syi'ir sejak masa Jahiliyyah. Pada masa itu seorang penyair dipandang sebagai publik figur di masyarakat atas apa yang mereka ciptakan. Bahkan syi'ir telah menduduki rating teratas dari berbagai karya sastra yang dikagumi di masa itu. Dia adalah lagu yang digemari banyak orang jika disamakan dengan kreatifitas anak jaman now. Weheheh

Lalu bagaimana nasib sya'ir setelah kedatangan islam ?

Banyak dari para pakar sejarah yang mengatakan bahwa sya'ir melemah setelah datangnya islam, dengan Menjadikan dalil atas kesibukan umat muslim dengan peperangan dan tidak adanya sifat sifat penyair dalam diri Rasulullah. Bahkan mereka beranggapan bahwa Al Qur'an mencela sya'ir dan para penyair, berdalilkan firman Alloh dalam surah asy syu'aro yang berbunyi

(والشعراء يتبعهم الغاوون، ألم تر أنهم في كل واد يهيمون وأنهم يقولون ما لا يفعلون)

Dan diperkuat dengan hadis Rasulullah yang berbunyi :

(لأن يمتلئ جوف أحدكم قيحا فيريه خير له من أن يمتلئ شعرا)

Itulah dalil yang mereka tunjukkan bahwa islam memperlemah sya'ir.

akan tetapi, ada banyak hal yang tidak mereka lihat dan menjadi bukti bahwa sya'ir masih menduduki kedudukannya pada masa islam.

Apa yang mereka jadikan sebagai dalil dapat dengan mudah untuk menyangkalnya. Tidaklah benar apa yang mereka anggap bahwa kesibukan umat muslim dalam peperangan menjadikan sya'ir terkesampingkan. Bahkan peperangan itulah yang menjadikan mereka semakin terdorong untuk membuat sya'ir. Seperti ka'ab bin Malik yang menciptakan sya'irnya setelah perang badar

عحبت لأمر الله والله قادر

على ما أراد ليس لله قاهر

قضى يوم بدر أن نلاقي معشرا

بغوا وسبيل البغي بالناس جائر.

Dan tidak adanya sifat penyair dalam diri Rasul, tidak berarti hal itu menunjukkan bahwa beliau membenci sya'ir dan penyair. Jika memang benar demikian, maka dapat dikatakan pula bahwa ummiy nya Nabi menunjukkan beliau membenci membaca dan menulis. Hal ini sangatlah tidak mungkin. Bahkan Rasul Saw menghadiahkan jubah beliau kepada Ka'ab bin Zuhair atas sya'irnya yang diciptakan untuk meminta ampun kepada Beliau. Adapun Sebab Rasul tidak dijadikan sebagai penyair, dikarenakan kebanyakan penyair itu dikenal suka berlebih lebihan dalam berkhayal dan bersenda gurau.

Ayat dalam surah Asy Syu'aro' yang menyatakan bahwa penyair itu diikuti oleh orang orang yang sesat, yang dimaksud penyair di sini adalah penyair musyrik yang menghujat islam dan menghina Nabi Saw, Bukan penyair muslim. Hal ini ditegaskan dengan pengecualian di akhir ayat yang berbunyi :

(إلا الذين آمنوا وعملو الصالحات وذكروا الله كثيرا، وانتصروا من بعد ما ظلموا وسيعلم الذين ظلموا أي منقلب ينقلبون ).

Begitu juga dengan hadist Nabi yang mereka sebutkan. Sya'ir yang dimaksud adalah sya'irnya orang orang musyrik yg digunakan untuk menghujat Islam.

Masih ada banyak hal yang memperkuat bahwa sya'ir tidak melemah saat islam datang. Diantaranya adalah tersentuhnya Nabi saw oleh syair Qutailah yang meratapi saudara laki lakinya yaitu Nadhar bin al Harist yang dibunuh oleh sayyidina Ali atas perintah Rosulullah saw :

أمحمد ها أنت نجل نجيبة

من قومها والفحل فحل معرق

ما كان ضرك لو مننت وربما

من الفتى وهو مغيظ المحنق

والنضر أقرب من قتلت وسيلة

وأحقهم إن كان عتق يعتق.

Lalu Nabi saw menjawab "jika aku mendengar syair ini sebelum aku membunuhnya maka aku tidak akan membunuhnya".

Dan seperti yang diriwayatkan oleh sayyidah 'Aisyah RA bahwa Rasulullah membangun mimbar khusus untuk Hasan bin Stabit (penyair Rasulullah) di masjid Nabawiy, untuk melantunkan sya'irnya.

Nabi saw juga mengutarakan pandangannya terhadap sya'ir "sesungguhnya syair itu adalah perkataan yang dibuat oleh seseorang, maka apa yang sesuai dengan kebenaran adalah baik, dan yang tidak sesuai dengan kebenaran maka tidak ada kebaikannya sama sekali."

Dari urian di atas sangatlah jelas bahwa kedatangan islam tidak membuat sya'ir melemah. Bahkan tetap berkembang seperti sebelumnya.

Wallahu a'lam bi showaab.

Penulis

Nama : Siti Mu'alimah

Alamat: Pwd Jateng